Kamis, 20 Mei 2010

KUALITAS ROHANI

Pemikiran yang salah dan sering kali menjadi suatu yang kebablasan dan cenderung terjadi dalam Gereja Tuhan di akhir dari akhir jaman ini adalah, konsep yang salah tentang Kekristenan. Pengajaran - pengajaran bahkan khotbah - khotbah yang disampaikan seringkali hanya berdampak untuk menyenangkan telinga manusia. Sehingga seringkali merusak dan mematikan roh dan justru menghidupkan daging. Penekanan pada kemakmuran dan berkat tanpa meletakkan pondasi yang benar, seringkali menghasilkan kekristenan yang prematur. Sehingga terlihat aktif berbicara rohani bahkan mungkin terlibat dalam suatu pelayanan tetapi semuanya hanya bersifat daging. Bahkan semua hal yang bersifat daging seperti mendatangkan artis dari luar negeri dengan biaya milyaran rupiah sementara banyak diantara jemaat yang masih kekurangan. Pertanyaannya adalah, apa follow up nya ? apakah rame-rame seperti itu menghasilkan pertobatan ? Seringkali tidak. Hanya emosi sesaat. Tidaklah mengherankan, hanya kuantitas yang bertumbuh, tetapi kualitas hancur berantakan. Tuhan tidak disenangkan dengan program2 manusia, Tuhan tidak disenangkan dengan bangunan2 megah yang disebut gereja, Tuhan hanya disenangkan apabila umatNYA menyembah dengan hati yang benar meski berada di bawah kolong jembatan sekalipun. Tidaklah mengherankan apabila kita membaca Injil Matius, Markus, Lukas & Yohanes, 99% pelayanan dan mimbar Yesus adalah diluar tembok alias jalanan. Karna didalam Bait Allah & Sinagoge, hanya ada tempat bagi Taurat yang tidak lain adalah Agama. Dimana didalamnya hanya berisi tentang penghakiman, penghukuman, dll. Sementara Yesus hanya menyampaikan tentang Anugrah Allah. Dia melakukan mujizat baru mengajar. Itu sebabnya Perintah Yesus sebelum terangkat ke Sorga sangat jelas: ajarlah mereka.....Itu sebabnya amat sangat keliru kalau kita menjadi Kristen yang hanya mengejar mujizat, berkat, kemakmuran. Daging harus dikerat lewat Firman Tuhan yang benar. Transformasi hati harus terjadi sehingga bukan lagi menginginkan dunia tapi menginginkan Sorga.Umat Tuhan harus bertumbuh dengan belajar mematikan daging setiap hari. Tidak bisa kita berkata : ga kegereja gapapah yang penting hati kita sama Yesus. Ini adalah kemunafikkan dan harus dikerat. Pelayanan bukan secara daging tetapi secara Roh. Untuk itu umat Tuhan harus menyembah, berdoa dan membaca Firman setiap hari. Karna inilah yang akan mendisiplinkan daging kita. Jangan sampai akhirnya kita berkata : Tuhan, aku sudah menyembuhkan orang2, Tuhan aku sudah mengajar banyak orang, Tuhan aku sudah jadi melayani lho, Tuhan jabatan organisasiku pendeta lho, Tuhan, aku rajin kegereja lho, dll....tetapi Tuhan berkata : Enyaaaaah, AKU tidak mengenal kamu. Sangat mengerikan. Mari kita belajar untuk mengupgrade kekristenan kita dan pindah dari level daging kepada level roh. Hanya dengan ini Tuhan dipermuliakan dalam hidup kita.

MATI BAGI DIRI SENDIRI

Tuhan Yesus adalah pribadi yang harus dan patut kita teladani. Dalam Yoh. 12:24 kita menemukan rahasia kehidupan yang berbuah. Kehidupan yang menjadi berkat bagi orang lain. Biji gandum yang jatuh ke tanah dan mati merupakan kiasan dari kenyataan hidup Yesus yang dikorbankan di atas kayu salib yang oleh karenanya dunia diselamatkan. Dari kenyataan ini kita dapat menimba kebenaran: Bahwa sebagaimana Yesus telah mengorbankan diri mati dan menjadi berkat bagi orang lain, maka nafas kebenaran ini juga kita miliki yaitu: Rela mati untuk menjadi berkat bagi orang lain. Mati disini tentu bukan mati fisik. Inilah kematian bagi diri sendiri, pribadi yang menjadi seperti biji gandum yang jatuh ke tanah dan mati. Seorang yang telah mati bagi diri sendiri adalah:
Pertama, pribadi yang tidak mempertahankan reputasi dan harga diri tatkala ia tidak dihargai dalam pelayanan maupun pekerjaannya. Ia tidak perlu layak menerima penghargaan oleh karena prestasinya dalam pelayanan maupun pekerjaannya. Menjadi orang yang melayani Tuhan adalah menjadi hamba dan pencuci kaki orang lain. Prinsip Yesus ini tidak boleh ditanggalkan. Aku datang bukan untuk dilayani tetapi melayani (Mat. 20:28).
Kedua, pribadi yang tidak merasa berhak menerima upah sekalipun telah berjerih lelah lebih dari orang lain. Ia akan berkata seperti Paulus berkata: “Inilah upahku yaitu kalau aku boleh memberitakan Injil tanpa upah” (1Kor. 9:18). Bahkan ucapan terima kasih pun tidak perlu dituntut dari orang yang telah makan budi baik dan menikmati pelayanan kita. Adalah kebahagian kalau kita beroleh tempat pelayanan yang jemaat tidak mampu membalas kebaikan kita.
Ketiga, pribadi yang telah menyerahkan seluruh miliknya sebagai korban persembahan kepada Raja di atas segala raja – Tuhan Yesus Kristus. Kita harus belajar untuk merasa tidak bermilik dan memang kita dipanggil untuk tidak bermilik (Luk. 9:58). Hidup di dunia ini hanya sementara, untuk itu hidup kita ini harus menjadi korban persembahan dan bukan malah makan korban.
Keempat, pribadi yang taat seperti yang dicontohkan Yesus bagi kita. Ia taat bahkan sampai mati di kayu salib. Ketaatan yang membuahkan keselamatan bagi orang lain. Oleh sebab itu untuk menjadi berkat bagi sesama, kita harus rela masuki “kematian” setiap hari, supaya kehidupan Yesus nyata dalam diri kita. Alkitab berkata bahwa kita semua adalah surat yang terbuka yang dibaca setiap orang. Dari situlah nama Tuhan akan dipermuliakan atau akan dipermalukan lewat kehidupan kita.
Mari kita menjadi surat terbuka yang memuliakan nama Tuhan Yesus Kristus.